Calo Tanah Muncul di Gunaksa, Koster: Jangan Macam-macam
GOOGLE NEWS
BERITAKLUNGKUNG.COM, NUSA PENIDA.
Gubernur Bali, Wayan Koster melaksanakan sosialisasi pembebasan lahan Pusat Kebudayaan Bali pada, Kamis (Wraspati Umanis Pahang) 16 Desember 2021 di Balai Budaya Ida I Dewa Agung Istri Kanya, Klungkung.
Gubernur Bali, Wayan Koster dalam pidatonya menjelaskan luasan lokasi Pembangunan Kawasan Pusat Kebudayaan Bali mencapai 334 hektare yang sebagian besar milik masyarakat di Desa Gelgel, Desa Gunaksa, Desa Tangkas, Desa Jumpai, dan Desa Sampalan Kelod dan lahan tersebut merupakan hamparan bekas aliran lahar dari letusan Gunung Agung tahun 1963.
"Sejak lama hamparan ini dieksploitasi sebagai sumber Galian C sehingga kondisi fisiknya menjadi rusak parah, tergenang air, terbengkalai, dan tidak produktif, serta tida ada lagi batas kepemilikan yang jelas," kata dia.
Dengan niat baik yang tulus-lurus, Gubernur Bali, Wayan Koster menjadikan lahan yang terbengkalai ini sebagai Kawasan Pusat Kebudayaan Bali dengan cara menata secara apik serta memiliki tiga zona
Guna mensukseskan pembebasan lahan di Kawasan Pusat Kebudayaan Bali, dalam pidatonya Gubernur Bali, Wayan Koster meminta Kanwil BPN Provinsi Bali bekerja secara setulus-tulusnya dan berdoa agar diberikan kelancaran di dalam melaksanakan kegiatannya.
Kemudian BPN Bali harus bekerja sesuai peraturan Perundang-Undangan, dan diketahui oleh pihak Kejaksaan. Kepada oknum yang mengaku-ngaku sebagai pemilik lahan, mendapatkan peringatan dari mantan Anggota DPR-RI 3 Periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini agar tidak boleh macam-macam.
Untuk itu, Badan Pertanahan dimintanya untuk menjalankan pembebasan lahan ini sebagaimana mestinya dan sesuai aturan, kemudian ada bukti yang kongkrit serta dipertanggungjawabkan hingga dikonsultasikan dengan Kejaksaan.
"Tidak boleh ada yang main-main, tidak boleh macam-macam, tidak boleh ada calo-calo di sini. Jadi Saya tidak ada kepentingan di sini, yang Saya lakukan disini adalah memuliakan budaya. Saya minta semuanya harus berjalan dengan alami dan baik," tegas Gubernur Bali jebolan ITB ini.
Menurut Gubernur Koster, Pusat Kebudayaan Bali merupakan penanda kebangkitan kembali puncak peradaban dan keadaban budaya Bali, karena Bali sebagai Padma Bhuwana atau Pusat Peradaban Dunia.
Dibangunnya Pusat Kebudayaan Bali di Kabupaten Klungkung, kata Wayan Koster berdasarkan data historis, yang mana jejak keemasan peradaban Kebudayaan Bali pernah dicapai pada Era Kerajaan Gelgel di Kabupaten Klungkung di bawah pemerintahan Raja Dalem Baturenggong Wijaya Kresna Kepakisan pada abad ke-16.
Sementara itu, Bupati Klungkung, Nyoman Suwirta menilai Gubernur Bali, Wayan Koster adalah sosok yang tidak bermimpi, beliau tidak berwacana, beliau tidak berencana, tetapi benar-benar diwujudkan.
"Kita di Klungkung harus berterimakasih, karena dari dulu, dari awal tiang (Saya, red) menjabat, dan dari Bupati sebelum-sebelumnya juga sama mempunyai mimpi yang sama juga, tetapi tidak pernah mewujudkan. Jangankan mewujudkan mimpi untuk menjadi destinasi wisata, meng-clear-kan masalah tanah saja Kami tidak bisa," ujar Bupati Nyoman Suwirta.
Dia mengatakan pembangunan yang sudah terwujud sekarang ialah dengan adanya normalisasi Tukad Unda bahkan wajahnya sudah jelas, dan sangat indah sekali. Jadi Kita nanti di Kabupaten Klungkung akan menikmati seluruh pembangunan itu.
Salah satu masyarakat tersebut bernama, I Gede Ismaya yang menyatakan program yang disampaikan Bapak Gubernur Koster sangat bagus.
"Saya selaku pemilik lahan memohon kepada Bapak Gubernur Bali agar memperhatikan masa depan Kami dan penggarap lahan pasca adanya kegiatan pematangan lahan di Kawasan PKB ini. Saya mohon mendapatkan pekerjakan, karena lahan Kami ini adalah lahan yang produktif dan memberikan kesejahteraan kepada keluarga, jadi mohon Bapak Gubernur, untuk itu Saya ucapkan terimakasih Bapak Gubernur Bali," kata Gede Ismaya.
Aspirasi selanjutnya disampaikan oleh Kelian Subak Gunaksa, Wayan Mardika yang memberikan apresiasi terhadap program luar biasa dari Gubernur Bali, Wayan Koster.
"Dari hati nurani semua masyarakat memang sangat mendukung. Namun Kami meminta kepada Bapak Gubernur agar tanah yang masih produktif hampir 100 hektar ini diberikan perhatian dengan membuatkan saluran irigasi, agar Subak yang Kami garap ini tetap berjalan," tutupnya.
Editor: Robby
Reporter: bbn/klk